Ritual pemakaman di Jepang sangat terakar dalam tradisi Buddha dan Shinto, menciptakan praktik yang berbeda secara signifikan dari negara lain. Salah satu keunikan utamanya adalah tingginya prevalensi kremasi: sekitar 99% dari tubuh dikremasi, dan abu tersebut ditujukan untuk berbagai penggunaan yang mencerminkan keyakinan spiritual, kenangan, dan inovasi. Dari altar Buddha di rumah hingga pengiriman abu ke luar angkasa, Jepang menggabungkan penghormatan nenek moyang dengan kemajuan modern.
Selanjutnya, kita akan menjelajahi ritual pemakaman, karakteristik pemakaman dan makam Jepang, serta beberapa hal menarik yang membantu memahami bagaimana Jepang menghadapi kematian dan mengenang orang-orang tercinta.
Indeks Konten
Ritual Pemakaman di Jepang
Persiapan Jenazah dan Pemakaman
Di Jepang, persiapan tubuh mengikuti ritual yang disebut nokan (納棺), yang dilakukan oleh para profesional terlatih. Mereka mengenakan pakaian tertentu kepada almarhum, biasanya berwarna putih, melambangkan kesucian dan transisi ke dunia spiritual. Proses ini menjadi terkenal secara internasional setelah film Okuribito (Departures), yang memenangkan Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik, yang menggambarkan pekerjaan lembut para profesional ini.
Upacara pemakaman, yang dikenal sebagai Tsuya (通夜), adalah momen untuk doa dan perpisahan. Keluarga dan teman-teman hadir mengenakan pakaian hitam dan memberikan persembahan berupa uang dalam amplop putih. Pendeta Buddha membacakan sutra untuk membimbing jiwa almarhum, sementara para hadirin memberikan penghormatan mereka dalam keheningan.
Kremasi dan Ritual Tulang
Kremasi adalah salah satu elemen pusat dalam pemakaman Jepang. Setelah sekitar satu jam di krematorium, keluarga berpartisipasi dalam ritual unik: menggunakan hashi (sumpit), mereka saling melewati tulang yang tersisa, dimulai dari kaki dan diakhiri di kepala. Gesture ini melambangkan persatuan dan rasa hormat, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara orang-orang terkasih.
Tindakan ini eksklusif untuk pemakaman Jepang dan, oleh karena itu, berbagi makanan secara langsung dengan hashi antara dua orang dianggap tabu, karena mengingatkan pada ritual pemakaman.
Kuburan dan Pemakaman di Jepang
Struktur Makam
Kuburan Jepang, yang disebut haka (墓), adalah monumen batu yang mengikuti pola yang sangat khas. Biasanya, mencakup:
- Sebuah ruang untuk dupa dan bunga;
- Sebuah kuil bawah tanah untuk abu;
- Pesan yang terukir di batu, termasuk nama keluarga dan, seringkali, simbol atau lambang keluarga (kamon).
Beberapa nisan memiliki inovasi modern, seperti lampu batu, kotak pos untuk surat dari orang tercinta, dan bahkan layar sentuh yang menampilkan foto atau informasi genealogi. Adalah umum bagi nama keluarga yang masih hidup diukir dengan warna merah, menunjukkan bahwa mereka masih berada di dunia ini.
Cemetery Modern di Jepang
Pemakaman di Jepang lebih kecil dibandingkan dengan negara lain, mencerminkan ruang perkotaan yang terbatas dan tingkat kremasi yang tinggi. Beberapa keluarga memilih untuk mempertahankan altar rumah (butsudan) atau membuat makam pribadi di lahan mereka.
Untuk menghemat ruang dan biaya, ada juga kuburan vertikal dan kolumbarium berteknologi tinggi, di mana abu disimpan dalam urna yang diidentifikasi oleh sistem elektronik. Alternatif lain yang semakin berkembang adalah pemakaman ekologi, dengan abu dikuburkan di samping pohon yang berfungsi sebagai memorial.
Makam Orang Terkenal
Makaman figur publik atau selebritas biasanya memiliki keamanan yang ditingkatkan. Ini mencegah insiden seperti pencurian abu, yang, sayangnya, sudah terjadi di masa lalu oleh penggemar obsesif atau untuk tujuan pemerasan.
Fakta Menarik dan Inovasi dalam Pemakaman
Pengiriman Abunya ke Angkasa
Sebuah tren yang semakin meningkat di Jepang adalah mengirimkan sebagian dari abu ke luar angkasa. Layanan ini dicari oleh keluarga yang ingin menghormati almarhum dengan cara yang unik dan inovatif. Perusahaan-perusahaan khusus melakukan peluncuran orbital kecil, memungkinkan abu tersebut tetap berada di kosmos sebagai memorial abadi.
Pemakaman untuk Hewan
Di Jepang, hewan peliharaan juga menerima upacara yang rumit. Terdapat krematorium dan pemakaman yang dikhususkan untuk mereka, dengan altar dan makam yang mirip dengan manusia.
Biaya Pemakaman
Biaya rata-rata pemakaman di Jepang melebihi 2 juta yen (sekitar R$ 63.000), menjadikannya salah satu yang termahal di dunia. Jumlah ini mencakup layanan seperti kremasi, kebaktian, upacara religius, dan pembelian makam, yang dapat sangat canggih.
Superstisi Terkait dengan Orang Mati
Banyak superstisi yang melibatkan kematian di Jepang, seperti menghindari memotong kuku di malam hari (dikatakan bahwa ini menarik kematian dini) atau angka-angka yang dianggap sial, seperti 4 (shi), yang memiliki bunyi yang sama dengan kata "kematian".
Pertanyaan Umum tentang Pemakaman dan Pemakaman di Jepang
Mengapa orang Jepang lebih memilih kremasi?
Kremasi dianggap sebagai metode yang lebih bersih dan praktis, selain itu didorong oleh pembatasan ruang di Jepang.
Apakah diizinkan untuk membagi abu di antara anggota keluarga?
Ya, dan ini cukup umum. Abu dapat disimpan di altar, disebarkan di alam, atau bahkan diluncurkan ke luar angkasa.
Ada upacara pemakaman Shinto di Jepang?
Meskipun kurang umum, pemakaman Shinto ada, tetapi kremasi tidak termasuk dalam tradisi ini, dan jenazah dikuburkan dalam peti mati.
Ritual pemakaman Jepang mengungkapkan banyak tentang nilai-nilai masyarakat: penghormatan, tradisi, dan penyesuaian terhadap kebutuhan modern. Dengan memahami praktik-praktik ini, kita dapat lebih menghargai cara Jepang menghormati leluhurnya dan menjaga memori mereka yang telah pergi.