Você conhece a história do japonês que sobreviveu ao Titanic? Sabia que ele foi criticado por ter sobrevivido? No artigo de hoje vamos falar sobre Masabumi Hosono e sua longa história.
Masabumi Hosono adalah satu-satunya orang Jepang yang naik Titanic pada tahun 1912. Dia berusia 41 tahun dan bekerja sebagai pegawai negeri di Jepang, bekerja di Rusia dan London, dan bepergian dengan Titanic sebagai penumpang kelas dua.
Di tengah keputusasaan, mengetahui bahwa dia hanya memiliki satu tempat di sekoci, dia berlari dan menyelamatkan diri, memikirkan kemungkinan bertemu keluarganya.
Dia diselamatkan di kapal penyelamat nomor 13 dan dianggap sebagai orang Jepang yang beruntung oleh media. Di awal, dia diwawancarai, muncul di banyak majalah dan buku, tetapi itu memicu pemikiran kritis di benak banyak orang Jepang: Kenapa dia tidak mengorbankan diri untuk menyelamatkan yang lain?
Indeks Konten
Jepang dikritik
Orang-orang mulai mengatakan bahwa Masabumi Hosono seharusnya melakukan seperti Benjamin Guggenheim, mengorbankan dirinya untuk memberi tempatnya kepada seorang wanita atau anak. Dengan demikian, tekanan sosial yang besar dari media dimulai, orang-orang mulai menyebutnya pengecut, takut, tidak jujur, tidak bermoral, dan yang lainnya bahkan mengatakan bahwa dia seharusnya mati.
Citra negatif ini akhirnya membuat Masabumi Hosono kehilangan pekerjaannya, menerima banyak pesan kebencian, dan membuat keluarganya menderita rasa malu dan malu selama beberapa dekade.
Untungnya dia mendapat pekerjaan di jaringan kereta api Jepang, dan meninggal secara wajar pada tahun 1939. Pada tahun 1997 saat film Titanic dirilis, pemerintah Jepang memberikan pengampunan resmi kepada Masabumi Hosono, membawa kelegaan bagi seluruh keluarga.
Saat ini, kisah Masabumi Hosono mempermalukan Jepang sendiri, karena telah memperlakukan dengan kejam seorang pria yang hanya ingin melihat istri dan enam anaknya lagi.
Kenapa ini terjadi?
Pada saat itu, keutamaan samurai sangat terlihat, selain nasionalisme dan patriotisme. Masyarakat mengharapkan dia untuk bertindak dengan kehormatan, keberanian, tidak mementingkan diri sendiri dan pengorbanan. Bagi orang Jepang, satu-satunya hal yang dia lakukan adalah bertahan hidup dengan mengorbankan ribuan orang yang belum beruntung.
Japonês tidak memikirkan bagaimana keadaan mereka jika mereka berada di sana. Meskipun mereka berbicara tentang kehormatan dan pengorbanan, meskipun selama sejarah Jepang ribuan samurai berkorban melalui seppuku, atau kamikaze selama Perang Dunia Kedua. Jika Anda berada di Titanic, apakah Anda akan mengorbankan diri untuk kehidupan orang lain? Bukankah itu adalah keputusan masing-masing?