Masalah hak cipta untuk pelestarian permainan di Jepang

Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa begitu banyak permainan klasik Jepang tiba-tiba menghilang? Tantangan yang dihadapi dalam pelestarian permainan di Jepang, terutama karena undang-undang hak cipta, sangat besar—dan, sejujurnya, bahkan mempengaruhi masa depan sejarah permainan di seluruh dunia.

Banyak penggemar di seluruh dunia menghadapi kesulitan besar saat mencoba mengunjungi kembali atau mempelajari judul-judul lama, terutama karena undang-undang Jepang sama sekali tidak memudahkan proses ini. Apa yang sebenarnya menghalangi museum atau perpustakaan untuk melestarikan dan berbagi permainan-permainan ini? Dan mengapa Jepang, yang begitu inovatif dalam menciptakan game, terlihat begitu terbatas ketika membahas tentang memori digital?

Undang-undang hak cipta Jepang mempengaruhi pelestarian permainan.

Masalah utama hak cipta untuk pelestarian game di Jepang adalah bahwa legislasi lokal sangat ketat dan protektif. Secara umum, reproduksi, distribusi, atau modifikasi game elektronik bergantung pada persetujuan eksplisit dari pemegang hak — yang bisa berupa pengembang, penerbit, atau bahkan perusahaan yang sudah tidak ada lagi.

Ini berarti institusi seperti perpustakaan, arsip nasional, dan bahkan museum menghadapi hambatan hukum yang sangat besar untuk sekadar menyimpan atau menampilkan permainan klasik. Berbeda dengan negara seperti Amerika Serikat, di mana terdapat pengecualian khusus untuk “fair use” atau untuk tujuan pendidikan, Jepang tidak menawarkan celah tersebut dengan cara yang begitu jelas.

Sekarang, bayangkan mencoba menjaga sebuah permainan yang perusahaannya sudah bangkrut, tetapi hak cipta masih ada — seringkali, tidak ada yang tahu dengan pasti siapa yang bertanggung jawab untuk memberikan akses. Hasilnya? Permainan tersebut menjadi tidak dapat diakses, mengancam untuk menghilang selamanya.

Masalah hak cipta untuk pelestarian game di Jepang

Kesulitan praktis dalam melestarikan permainan di Jepang

Apa kamu pernah berpikir tentang berapa banyak game lama yang terperangkap dalam kartrid, disk, atau pita magnetik? Seiring berjalannya waktu, bahan-bahan ini dapat terdegradasi dan, tanpa salinan digital yang terjaga, konten tersebut bisa hilang selamanya. Namun, di sinilah kesulitan terbesar dalam pelestarian game di Jepang karena undang-undang hak cipta: bahkan pemindaian dan penyimpanan yang sederhana pun bisa dianggap sebagai pelanggaran.

Tidak jarang melihat cerita tentang proyek penggemar yang dihentikan atau bahkan diproses, meskipun tujuannya semata-mata budaya atau edukatif. Tekanan hukum begitu kuat sehingga banyak institusi lebih memilih untuk tidak menyentuh masalah ini, meninggalkan risiko bagi siapa pun yang bersedia untuk "mengambil risiko".

  • Melarang penyalinan untuk tujuan cadangan membuat pemulihan permainan langka menjadi tidak mungkin.
  • Museum dan perpustakaan memiliki akses terbatas dan, seringkali, bahkan tidak dapat memperlihatkan kontennya secara publik.
  • Perusahaan yang bangkrut semakin memperumit masalah: tidak ada yang tahu kepada siapa harus berbicara untuk meminta izin.
Masalah hak cipta untuk pelestarian game di Jepang

Konsekuensi budaya dan ekonomi dari pembatasan ini

Mudah untuk berpikir bahwa kita hanya berbicara tentang "permainan kecil", tetapi kenyataannya adalah bahwa setiap judul yang dilestarikan menyimpan bagian penting dari sejarah budaya Jepang. Kesulitan dalam pelestarian permainan di Jepang akibat undang-undang hak cipta tidak hanya membatasi penelitian akademis, tetapi juga merugikan inisiatif pariwisata, pameran internasional, dan bahkan industri hiburan itu sendiri, yang kehilangan kesempatan untuk merilis ulang judul-judul klasik untuk generasi baru.

Mau contoh? Banyak klasik dari tahun 80-an dan 90-an tidak pernah dirilis ulang secara digital hanya karena semua dokumen untuk menjamin hak-hak itu rumit dan berisiko. Dengan demikian, harta berharga bisa lenyap dari peta, hanya ada dalam cerita atau video-video lama.

Alternatif dan gerakan untuk perubahan undang-undang

Meskipun demikian, ada harapan. Beberapa LSM dan peneliti Jepang telah mendesak perubahan hukum yang memfasilitasi preservasi digital, terinspirasi oleh model dari negara lain. Pada tahun 2023, pemerintah Jepang bahkan membahas reformasi kecil, tetapi prosesnya lambat dan menghadapi perlawanan dari perusahaan besar yang khawatir tentang pembajakan.

Solusi lain yang telah dikembangkan adalah kemitraan antara perusahaan dan museum, memungkinkan pameran sementara permainan klasik dalam pameran, selalu di bawah aturan yang ketat. Namun, ini masih merupakan alternatif yang terbatas.

Masalah hak cipta untuk pelestarian game di Jepang

Mengapa topik ini penting bagi kita semua?

Pikirkan tentang ini: berapa banyak film, musik, atau buku lama yang Anda kenal karena telah terpelihara dengan baik? Sekarang bayangkan dunia di mana karya-karya agung dari video game tiba-tiba lenyap karena hukum tidak mengikuti perkembangan teknologi. Jangan melakukan kesalahan dengan mengira bahwa masalah ini hanya menarik bagi kolektor atau akademisi — ini berkaitan dengan memori budaya global kita.

Jika Anda menghargai sejarah permainan atau percaya bahwa pengetahuan harus dilestarikan untuk masa depan, Anda sebaiknya mengikuti dengan dekat perdebatan tentang hak cipta dan pelestarian digital di Jepang. Percayalah pada rasa ingin tahu Anda, tanyakan aturan-aturan tersebut, dan setiap kali Anda bisa, dukung inisiatif yang berjuang untuk menyelamatkan warisan digital kita. Masa depan permainan tergantung pada hal ini.